Digitalisasi UMKM Kunci Meningkatkan Daya Beli Masyarakat

Digitalisasi UMKM Kunci Meningkatkan Daya Beli Masyarakat

UMKM Harus Berani Digital Kalau Mau Naik Kelas

Saya Siboy. Bukan siapa-siapa, cuma anak pasar yang kerja bantu orang tua jualan sejak kecil. Tapi satu hal saya tahu pasti: kalau UMKM mau tetap hidup dan berkembang, digitalisasi itu bukan pilihan, tapi keharusan.

Selama ini daya beli masyarakat dibilang turun, ekonomi lesu, UMKM sepi. Tapi saya lihat banyak juga yang tetap ramai pembelinya. Bedanya, mereka cepat beradaptasi. Mereka buka toko online, aktif promosi lewat WhatsApp, bahkan jualan sambil live streaming. Mereka gak nunggu pelanggan datang, tapi jemput bola pakai teknologi.

UMKM jangan terjebak pada pola lama. Nunggu pembeli datang ke kios itu sudah nggak cukup. Hari ini, pembeli itu mainnya di HP. Mereka lihat produk lewat Instagram, mereka bandingin harga lewat Tokopedia. Yang gak muncul di situ, ya gak dilirik.

Masalah UMKM Bukan di Produk, Tapi di Akses

UMKM kita ini jago bikin produk. Kue enak, kerajinan bagus, kopi lokal mantap. Tapi kalau gak ada yang tahu, itu produk cuma numpuk di rak. Masalah utama UMKM adalah keterbatasan akses—akses ke pasar, akses ke informasi, dan akses ke teknologi.

UMKM juga masih takut digitalisasi karena dianggap ribet, mahal, dan bikin pusing. Padahal sekarang banyak solusi gratis dan mudah. Masalah sebenarnya ada di pola pikir yang belum terbuka.

Solusi Digital yang Gak Butuh Modal Besar

Siboy mau kasih tahu, banyak langkah yang bisa dilakukan tanpa harus keluar biaya gede:

  • Buat akun Google Bisnisku biar UMKM muncul di pencarian Google saat orang cari produk.
  • Gunakan WhatsApp Bisnis untuk komunikasi lebih rapi, ada katalog dan auto-reply.
  • Manfaatkan media sosial sebagai etalase dan tempat promosi.
  • Coba aplikasi kasir gratis biar transaksi lebih rapi, stok ke-monitor, laporan keuangan gak ribet.
  • Gabung ke marketplace biar produk punya etalase nasional, bahkan internasional.

Banyak pelatihan gratis dari pemerintah, dari komunitas digital, bahkan dari anak-anak muda yang siap bantu. UMKM cuma perlu satu hal: niat untuk belajar.

Data Nyata Bukan Omong Kosong

Biar gak dibilang asal cuap, saya kasih data. UMKM menyumbang 60% PDB nasional dan 97% lapangan kerja di Indonesia. Tapi baru sekitar 39% yang terhubung ke ekosistem digital (data Kemenkop UKM 2024).

Survei dari Google dan Temasek tahun lalu nunjukin kalau UMKM yang go digital punya potensi tumbuh dua kali lipat lebih cepat dibanding yang masih konvensional.

Artinya jelas: digitalisasi itu bukan tambahan, tapi akselerator.

Daya Beli Itu Bisa Dibangkitkan

Orang akan beli produk kalau mereka tahu produknya ada. Kalau mereka percaya sama kualitasnya. Dan kalau proses belinya gampang.

Digitalisasi membuka semua itu. Produk bisa viral, bisa dipesan dari jauh, bisa dibayar cashless, bisa dikirim ke mana aja. UMKM gak perlu punya toko besar. Yang penting punya kanal digital yang aktif dan dipercaya.

Siboy gak ngajarin. Cuma nyeritain apa yang kelihatan di lapangan. Banyak UMKM bisa berkembang karena mau berubah. Bukan karena modalnya banyak, tapi karena pikirannya terbuka.

Digital itu bukan buat gaya-gayaan. Digital itu cara baru jualan. Kalau masih jualan cara lama di zaman serba online, ya siap-siap ditinggal pembeli.

UMKM gak boleh minder. UMKM itu pahlawan ekonomi. Tapi zaman sekarang, pahlawan juga harus melek teknologi.

Previous Article

Pentingnya Website untuk UMKM: Etalase Digital yang Tak Pernah Tutup

Next Article

UMKM Wajib Melek Sosial Media: Kunci Bertahan & Tumbuh di Era Digital

Write a Comment

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨